Sabtu, 21 Desember 2013

Roller blade Hero



Roller blade hero
Tolong menolong itu menyenangkan!
by: Indana Zulfiya.
              “Anak-anak, bu guru akan menceritakan tentang anak yang suka tolong menolong! Dengarkan yaa!” Kata bu guru Shian, guru SD Shinny Sun flower elementary School. Anak-anak semua menyambut dengan riang.
.............................
              Aku membuka mata ku pelan-pelan. Ku lihat masih jam 5 kurang 15 menit. Aku menutup mata kembali. Aku merenggangkan badan ku untuk melemaskan otot-otot. Aku berguling-guling di kasur lalu menutup mata kembali.
              Aku sering seperti itu. Jika weekend, aku selalu bangun siang. Bangunnya, sih tidak begitu telat yah, biasanya, sih, jam enam-an. Tapi karena itu, aku selalu di marahi oleh mama ku.
              Tapi, hari ini aku berbeda. Aku bangunnya jam 5 lewat 15 menit. Dari hari Jum’at aku tidak bisa tidur terus. Aku selalu memikiran pentas Roller blade yang diadakan di kantor wali kota pada hari senin.
              05.30 pagi, setelah mencuci muka, shalat subuh dan sikat gigi, aku bersiap-siap untuk olah raga pagi di ‘Green garden Pure Diamond kompleks’.
              Hari ini aku berbeda. Biasanya aku bermain badminton bersama teman ku. tapi kali ini, aku bermain Roller blade. Sendirian saja. Tanpa ditemani siapapun.
              “Assalamualaikum!!” teriak ku dari luar sambil berusaha berdiri untuk bersiap-siap mengayunkan kaki.
              Tanpa disadari, seorang anak perempuan yang sebaya dengan ku mendekati ku dengan hati-hati. Dia berjalan agak cepat dengan sepatu rodanya yang berwarna baby pink.
              Saat sudah sampai di taman, aku duduk di sebuah bangku berwarna cokelat tua. Dia mengikuti ku. Lama-lama aku merasa takut.
              Tidak lama, dia menyapa ku, “Hy!” sapa anak itu dengan tulus. “Aku Marsha Marcella. Panggil saja Masha atau Marcel.” Tambah Masha sambil mengulurkan tangannya.
              “Oh, aku Kiara Myra. Panggil saja May.” Jawab ku sambil menerima uluran tangan itu. “Ehmm… Kita main Roller blade yuk di lapangan” ajak ku sambil berdiri. Dia juga ikut berdiri.
              Kami bermain di lapangan dengan gembira. Kami juga membuat gaya-gaya. Ada yang namanya pink swan. Itu adalah gerakan berjalan dengan satu kaki. Ada juga Zig-zag, Kanguru , dan lain-lain.
              Hanya iseng, aku bertanya, “Apakah kamu hari senin ikut pentas Roller blade di kantor wali kota?”
              “ikut.”
              “Masha takut nggak?” tanya ku kembali.
              “kenapa harus takut? Kalau takut, kita tak akan bisa maju, sedangkan kalau pede, pasti rasa takut hilang dan ini-itu bisa dilakukan!!” hibur Masha yang sedang mencari botol minum-nya. “aku sudah sering ikut yang semacam Sports.” Tambah Masha. Aku hanya melongo saja.
              “euh, tapi…”
              “Tolooooong!!!” teriakan itu memutus pembicaraan ku. “Tolooooong! Aah, tas kuu!!” aku mendengar teriakan itu lagi!
              Aku dan Masha pergi ke arah suara. Kami bergegas agar penjahat tidak segera kabur. Kami berlari secepat mungkin dengan roller blade yang kami pakai.
              “Tante, mana orang yang menjambret tas tante?!” Tanya ku tergesah-gesah. Nafas ku tidak teratur, badan ku di penuhi keringat.
              Tante itu menunjukkan jari ke arah jalan raya. Aku dan Masha terkejut sekali!! Dia menaiki motor!! Kami berpikir sejenak lalu pergi ke arah ‘Orja2’ atau orang jahat, orang pe-jambret.
              “Orjaaaa, tunggu kamiii!!” Kami berteriak seakan mengejek penjahat itu. Penjahat itu melirik lalu mempercepat lajunya. “Ah, Orjaaa!!!” kami berteriak kembali.
              BRUGG!!!
Tiba-tiba motor ‘Orja 2’ itu mati!! Ia terjatuh ke tanah. Rupanya Bensin-nya habis!! Kami berlari dengan cepat agar orang itu tidak kabur.
              “Hehehe…. Tertangkap kaau…!” Ujar Masha sinis. Matanya melotot ke arah muka si orang jahat itu.
              “ Mau lari kemana lagii….?” Tambah ku dengan tatapan sinis. “Pak, pak, pak, ini ada orang jahat paak!!” teriak ku kepada orang yang berjalan dengan tenang di seberang jalan. Bapak itu bergegas ke arah kami.
              “Oh, pak Affan!! Kenapa kau men-jambret tas kedua anak ini??” Tanya bapak itu sambil menatapnya dengan rasa kecewa.
              “Bukan pak, tapi dia men-jambret tas tante itu!!” Seru ku sambil menunjuk-tunjuk ke arah tante yang bernasib ‘buruk’ itu.
              Tante itu menuju ke arah kami. Lalu ia merebut tas yang di jambret. Tante itu berterimakasih dan berlari ke arah taman.
              Aku melirik, ada anak sedang memegang Ice cream. Tiba-tiba saja, tangan anak kecil itu meleset!! Ice cream nya akan jatuh!! Aku berlari, hendak mengambil ice cream yang akan jatuh itu.
              “Hap!!”
              Oh, untung saja ice cream-nya belum jatuh ke tanah. Aku mengambil lalu ku kasih ke anak kecil tersebut. Anak kecil itu hanya meringis saja.
              “Eimaacih tata.” Kata anak kecil yang bicaranya masih cadel. Aku tahu, yang dia maksud adalah ‘terimakasih kakak’.
              “Sama-sama adik…!” Jawabku dengan tulus. Aku pergi meninggalkan anak itu. Anak itu hanya melongo melihat ku.
              Masha bertanya, “Kenapa tadi?” sambil bertanya ia juga berputar-putar mengelilingi lapangan.
              “Ohh, begini…..Lalu aku…..Ice cream… begini…..dan….begitu!!” bisik ku panjang kali lebar bagi dua. (emang ada yah?)
              Masha melirik jam tanganku. Dia menatap dalam-dalam. Lalu dia melihat jam tangan milik nya. Dia seperti membanding-bandingkan. Dia melihat jam tangan ku dengan dalam-dalam lagi…, dan melihat lagi, lagi, lagi, lagi dan lagi.
              “ Memangnya ada apa, sih? Kamu kok lihat jam tangan aku sampai seperti itu?!” tanya ku dengan curiga.
              “Oh, itu… aku hanya ingin memastikan, apakah waktu nya sama atau berbeda! Begitu….!” Kata Masha sambil nyengir kuda. Aku hanya mengangguk mengerti saja.
              Gubruakk!!! Suara hantaman yang kencang hampir membuat gendang telinga ku pecah. Ternyata seorang anak laki-laki sebaya dengan ku jatuh dari Skate board nya!!
              “Aw, Aah…! Kaki ku sakit!” Rintih anak itu. Rupanya, lututnya mengucur darah. “Aah!!”
              Aku menghampirinya. Aku kenal dia! Namanya Steve. Dia teman sekelas ku. Dia gemar sekali bermain skate board. Biasanya, dia memakai pelindung di kepala, lutut dan siku nya. Tapi kali ini dia tidak memakainya. Mungkin dia pikir dia sudah jago. Jadi, tak perlu memakai pengaman.
              “Ah, Steve! Kenapa kamu tidak memakai pengaman? Jadinya kamu luka, ‘kan!” Seru ku sedikit judes.
              “Ahh,” Rintih dia. “jangan banyak basa-basi! Tolong bawa aku ke ‘Rumah Gawat’ di situ!” Suruh Stave sambil menunjuk ke rumah gawat yang tidak jauh dari arena bermain skate board.
              “Ya sudah, kamu duduk di skate board kamu!” suruh ku sambil mengambil skate board miliknya. “Nanti aku seret!” terang ku pendek.
              Aku dan Masha menyeret Steve yang sedang duduk lemas di skate board. Tidak lama, kami sampai di bangunan yang ditunjuk oleh Stave.
              “Nih, sudah sampai!” Aku berhenti di depan pintu bangunan kecil itu. Stave berdiri dan berjalan dengan sempoyongan.
Karena matahari sudah agak terang, aku berpamitan dengan Masha dan Stave. Catat dan garis bawahi ya, aku kalau sudah ke-asyikan beraktifitas, aku sampai lupa mandi, Lhooo….!

              Hari-hari sebelum pementasan kami berdua latihan di lapangan itu. Setiap hari kami berlatih dengan keras. Kami juga tak lupa beristirahat. Aku juga kadang memanggil Stave untuk bermain bersama.
              “Stave, kaki mu bagaimana?” tannya Masha dengan cemas.
              “Oh, itu sih masalah kecil!” Seru Stave bersemangat. “Nih, lihat!” Stave menunjukkan Lututnya yang sudah agak baikkan. Sekarang Stave kapok, Sekarang dia sudah memakai pengaman dengan sangat lengkap.
              Kami berlomba lari. Aku dan Masha memakai Roller blade, Kalau Stave tentunya memakai Skate board. Nafas kami sampai tidak teratur. Tapi kami tetap berlomba lari dengan girang.
              Babak pertama dan ke-2 aku yang menang. Babak ke-3 Stave. Sssst…Masha sedang bernasib buruk tuh!
              Setelah berlomba lari, kami membuatt gaya-gaya. Tapi, aku tak menemukan gaya. Samaaaaa sekali TIDAK! Say no! But Stave is genius! He makes many style! Hebat sekali ya!

Hari pementasan Roller blade
              “Ayaah, jadi tidak, sih?” teriak ku dari dekat mobil. Ayah berlari menuruni tangga. Aku hanya menggeleng dalam-dalam.
              “Bundaaa??” taya ku lagi.
              “Haloo, Bunda di sini!” Bunda muncul dari dalam mobil.
              Perjalanan kali ini sungguh lancar. Terkadang kami membeli makanan di Restoran dahulu. Nama restoran yang kami kunjungi adalah W&A, Pizza Hot, Oka-oka Bento, dan lain-lain.
              Aku juga sempat tertidur lemas di kursi mobil. Aku sampai bermimpi memenangkan berbagai lomba! Wah, aku juga bermimpi, piala ku berjejer di sepanjang koridor istana. Aku juga melihat Ayah dan bunda semakin menjauh dari penglihatan ku.
              “May, May! Sadarlah!!”
              ……..
Lapangan walikota
              “Nomor urut 19, Marsha Marcella, dengan penampilan Roller blade! Silahkan ke lapangan!” panggil MC kepada Masha. Masha bermain dengan sangat gembira. Dia menampilkan apa adanya yang dia mampu.
              “Nomor urut 20, Kiara Myra, dengan penampilan Roller blade! Silahkan ke lapangan!” panggil MC kepada May. “Kiara Myra, silahkan ke lapangan!” panggil MC kembali.
              Sudah beberapa kali di panggil-panggil, May tidak menunjukkan sebatang hidungnya. Para peserta dan MC kebingungan. Termasuk juga Masha, sahabat setia May.
              Tidak lama kemudian, Masha menghampiri MC. Lalu Masha membisikkan sesuatu ke telinga MC. Terlihat dari mimik wajahnya, Masha terlihat sedih.
              “Oh, Kiara Myra tidak hadir, jadi nomor 21, Steve Joan dengan penampilan Skate board! Silahkan ke lapangan!” Panggil MC kepada Stave. Stave bermain sambil bergaya-gaya.
              Setelah Stave bermain Skate board, Masha dan Stave berkumpul bersama di tempat yang tidak jauh dari lapangan.
              “Kenapa May tidak datang ya?” tanya Stave penasaran.
              Masha hanya menitikkan air mata. Tidak lama, air mata pun mengalir deras di pipi Masha. Stave hanya kebingungan. Masha mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
              Ada apa sih??” tanya Stave tambah bingung. Dia mengangkat muka Masha.
              “May…., May…, sudah pe, per, pergi….” Jawab Masha dengan gagap. Stave masih tidak mengerti. “Ta, tadi.., bu, bunda nya, bi, bilang, May… Ke, kecela, kaan….” Jelas Masha tambah gagap.
              “Ja, jadi?!” Stave tidak percaya.
              “I, iya… May meninggal du, dunia…. tapi o, orang tu, tua nya selamat…” tambah Masha sambil mengusap air mata. “Tadi, ad, ada mo,mobil…melaju ken, kencang dari, dari arah berlawanan…”
              “Su, sudah… jangan menangis terus…Nanti May akan tambah sedih… Ikhlas kan lah dia…” Ujar Stave sambil menahan air mata. “Hikz…” Air mata pun mengucur di pipi Stave.
              Para peserta, harap kembali ke tempat masing-masing! Juara ke tiga di raih oleh….Hilya Aidha! Juara ke dua diraih oleh Marsha Marcella ! Juara pertama di raih oleh…Andyo Andyfahri! Selamat untuk para pemenang!” Seru MC sambil melihat selembar kertas.
              Bagi Masha dan Stave pemenang kali ini adalah May. Karena dia telah menolong banyak orang….

              “begitulah ceritanya…” tambah bu Shian. Semua anak bersedih hati. Ada yang sampai menangis, ada juga yang tidak…

Minggu, 23 Juni 2013

haaaaaaah.... habis dari Bandung kok rasanya sedih bgt ya...? Depok udah biasa sih ya (-_-.) I Love Bandung!! bisa kali tuh, q teriak se kenceng gitu dari rumah.. hehehe..

Senin, 10 Juni 2013

Susah tapi seru!

Menari tari Saman sangat seru lhoo!

fyuuh... cape banget pasti kalau menari saman. udah nepuk-nepuk tangan beberapa kali lagi!kan sakit tuuh! apalagi, latihan nya sehari bisa 5 kali! walau sakit-sakitan, tapi seru juga lhoo! gak  ada selahnya bukan, ikut tari saman!
tadinya sih, pengennya sekelas ikut tari saman. tapi, ternyata bisanya hanya 11 orang! alhamdulillah, aku di pilih sebagai penari tari saman. yang lebih serunya lagi, tari samannya di ajarin sama penari profesional! kak Diah & kak Icha!