Tolong
menolong itu menyenangkan!
by: Indana Zulfiya.
“Anak-anak, bu guru akan
menceritakan tentang anak yang suka tolong menolong! Dengarkan yaa!” Kata bu
guru Shian, guru SD Shinny Sun flower elementary
School. Anak-anak semua menyambut dengan riang.
.............................
Aku membuka mata ku
pelan-pelan. Ku lihat masih jam 5 kurang 15 menit. Aku menutup mata kembali. Aku
merenggangkan badan ku untuk melemaskan otot-otot. Aku berguling-guling di
kasur lalu menutup mata kembali.
Aku sering seperti itu. Jika weekend, aku selalu bangun siang. Bangunnya,
sih tidak begitu telat yah, biasanya, sih, jam enam-an. Tapi karena itu, aku
selalu di marahi oleh mama ku.
Tapi, hari ini aku berbeda. Aku
bangunnya jam 5 lewat 15 menit. Dari hari Jum’at aku tidak bisa tidur terus. Aku
selalu memikiran pentas Roller blade
yang diadakan di kantor wali kota pada hari
senin.
05.30 pagi, setelah mencuci muka,
shalat subuh dan sikat gigi, aku bersiap-siap untuk olah raga pagi di ‘Green garden Pure Diamond kompleks’.
Hari ini aku berbeda. Biasanya aku
bermain badminton bersama teman ku. tapi kali ini, aku bermain Roller blade. Sendirian
saja. Tanpa ditemani siapapun.
“Assalamualaikum!!” teriak ku dari
luar sambil berusaha berdiri untuk bersiap-siap mengayunkan kaki.
Tanpa disadari, seorang anak
perempuan yang sebaya dengan ku mendekati ku dengan hati-hati. Dia berjalan agak
cepat dengan sepatu rodanya yang berwarna baby
pink.
Saat sudah sampai di taman, aku
duduk di sebuah bangku berwarna cokelat tua. Dia mengikuti ku. Lama-lama aku
merasa takut.
Tidak lama, dia menyapa ku, “Hy!”
sapa anak itu dengan tulus. “Aku Marsha Marcella. Panggil saja Masha atau Marcel.”
Tambah Masha sambil mengulurkan tangannya.
“Oh, aku Kiara Myra. Panggil saja
May.” Jawab ku sambil menerima uluran tangan itu. “Ehmm… Kita main Roller blade
yuk di lapangan” ajak ku sambil berdiri. Dia juga ikut berdiri.
Kami bermain di lapangan dengan
gembira. Kami juga membuat gaya-gaya. Ada yang namanya
pink swan. Itu adalah gerakan
berjalan dengan satu kaki. Ada juga
Zig-zag, Kanguru , dan lain-lain.
Hanya iseng, aku bertanya, “Apakah
kamu hari senin ikut pentas Roller blade di kantor wali kota?”
“ikut.”
“Masha takut nggak?” tanya ku
kembali.
“kenapa harus takut? Kalau takut,
kita tak akan bisa maju, sedangkan kalau pede, pasti rasa takut hilang dan
ini-itu bisa dilakukan!!” hibur Masha yang sedang mencari botol minum-nya. “aku
sudah sering ikut yang semacam Sports.”
Tambah Masha. Aku hanya melongo saja.
“euh, tapi…”
“Tolooooong!!!” teriakan itu memutus
pembicaraan ku. “Tolooooong! Aah, tas kuu!!” aku mendengar teriakan itu lagi!
Aku dan Masha pergi ke arah suara.
Kami bergegas agar penjahat tidak segera kabur. Kami berlari secepat mungkin
dengan roller blade yang kami pakai.
“Tante, mana orang yang menjambret
tas tante?!” Tanya ku tergesah-gesah. Nafas ku tidak teratur, badan ku di
penuhi keringat.
Tante itu menunjukkan jari ke arah
jalan raya. Aku dan Masha terkejut sekali!! Dia menaiki motor!! Kami berpikir
sejenak lalu pergi ke arah ‘Orja2’
atau orang jahat, orang pe-jambret.
“Orjaaaa, tunggu kamiii!!” Kami berteriak
seakan mengejek penjahat itu. Penjahat itu melirik lalu mempercepat lajunya. “Ah,
Orjaaa!!!” kami berteriak kembali.
BRUGG!!!
Tiba-tiba motor ‘Orja 2’ itu mati!! Ia terjatuh ke tanah.
Rupanya Bensin-nya habis!! Kami berlari dengan cepat agar orang itu tidak
kabur.
“Hehehe…. Tertangkap kaau…!” Ujar
Masha sinis. Matanya melotot ke arah muka si orang jahat itu.
“ Mau lari kemana lagii….?” Tambah
ku dengan tatapan sinis. “Pak, pak, pak, ini ada orang jahat paak!!” teriak ku
kepada orang yang berjalan dengan tenang di seberang jalan. Bapak itu bergegas ke
arah kami.
“Oh, pak Affan!! Kenapa kau
men-jambret tas kedua anak ini??” Tanya bapak itu sambil menatapnya dengan rasa
kecewa.
“Bukan pak, tapi dia men-jambret tas
tante itu!!” Seru ku sambil menunjuk-tunjuk ke arah tante yang bernasib ‘buruk’ itu.
Tante itu menuju ke arah kami.
Lalu ia merebut tas yang di jambret. Tante itu berterimakasih dan berlari ke
arah taman.
Aku melirik, ada anak sedang
memegang Ice cream. Tiba-tiba saja,
tangan anak kecil itu meleset!! Ice cream nya akan jatuh!! Aku berlari, hendak
mengambil ice cream yang akan jatuh itu.
“Hap!!”
Oh, untung saja ice cream-nya
belum jatuh ke tanah. Aku mengambil lalu ku kasih ke anak kecil tersebut. Anak
kecil itu hanya meringis saja.
“Eimaacih tata.” Kata anak kecil
yang bicaranya masih cadel. Aku tahu, yang dia maksud adalah ‘terimakasih kakak’.
“Sama-sama adik…!” Jawabku dengan tulus. Aku pergi
meninggalkan anak itu. Anak itu hanya melongo melihat ku.
Masha bertanya, “Kenapa tadi?”
sambil bertanya ia juga berputar-putar mengelilingi lapangan.
“Ohh, begini…..Lalu aku…..Ice cream… begini…..dan….begitu!!” bisik
ku panjang kali lebar bagi dua. (emang ada yah?)
Masha melirik jam tanganku. Dia
menatap dalam-dalam. Lalu dia melihat jam tangan milik nya. Dia seperti
membanding-bandingkan. Dia melihat jam tangan ku dengan dalam-dalam lagi…, dan
melihat lagi, lagi, lagi, lagi dan lagi.
“ Memangnya ada apa, sih? Kamu kok
lihat jam tangan aku sampai seperti itu?!” tanya ku dengan curiga.
“Oh, itu… aku hanya ingin
memastikan, apakah waktu nya sama atau berbeda! Begitu….!” Kata Masha sambil
nyengir kuda. Aku hanya mengangguk mengerti saja.
Gubruakk!!! Suara
hantaman yang kencang hampir membuat gendang telinga ku pecah. Ternyata seorang
anak laki-laki sebaya dengan ku jatuh dari Skate
board nya!!
“Aw, Aah…! Kaki ku sakit!” Rintih
anak itu. Rupanya, lututnya mengucur darah. “Aah!!”
Aku menghampirinya. Aku kenal dia!
Namanya Steve. Dia teman sekelas ku. Dia gemar sekali bermain skate board. Biasanya,
dia memakai pelindung di kepala, lutut dan siku nya. Tapi kali ini dia tidak
memakainya. Mungkin dia pikir dia sudah jago. Jadi, tak perlu memakai pengaman.
“Ah, Steve! Kenapa kamu tidak
memakai pengaman? Jadinya kamu luka, ‘kan!” Seru ku
sedikit judes.
“Ahh,” Rintih dia. “jangan banyak
basa-basi! Tolong bawa aku ke ‘Rumah Gawat’ di situ!” Suruh Stave sambil
menunjuk ke rumah gawat yang tidak jauh dari arena bermain skate board.
“Ya sudah, kamu duduk di skate
board kamu!” suruh ku sambil mengambil skate board miliknya. “Nanti aku seret!”
terang ku pendek.
Aku dan Masha menyeret Steve yang
sedang duduk lemas di skate board. Tidak lama, kami sampai di bangunan yang
ditunjuk oleh Stave.
“Nih, sudah sampai!” Aku berhenti
di depan pintu bangunan kecil itu. Stave berdiri dan berjalan dengan
sempoyongan.
Karena matahari sudah
agak terang, aku berpamitan dengan Masha dan Stave. Catat dan garis bawahi ya,
aku kalau sudah ke-asyikan beraktifitas, aku sampai lupa mandi, Lhooo….!
Hari-hari sebelum pementasan kami
berdua latihan di lapangan itu. Setiap hari kami berlatih dengan keras. Kami
juga tak lupa beristirahat. Aku juga kadang memanggil Stave untuk bermain
bersama.
“Stave, kaki mu bagaimana?” tannya
Masha dengan cemas.
“Oh, itu sih masalah kecil!” Seru
Stave bersemangat. “Nih, lihat!” Stave menunjukkan Lututnya yang sudah agak
baikkan. Sekarang Stave kapok, Sekarang dia sudah memakai pengaman dengan
sangat lengkap.
Kami berlomba lari. Aku dan Masha
memakai Roller blade, Kalau Stave tentunya memakai Skate board. Nafas kami
sampai tidak teratur. Tapi kami tetap berlomba lari dengan girang.
Babak pertama dan ke-2 aku yang
menang. Babak ke-3 Stave. Sssst…Masha sedang bernasib buruk tuh!
Setelah berlomba lari, kami
membuatt gaya-gaya. Tapi, aku tak menemukan gaya. Samaaaaa
sekali TIDAK! Say no! But Stave is
genius! He makes many style! Hebat sekali ya!
Hari pementasan Roller
blade
“Ayaah, jadi tidak, sih?” teriak ku dari dekat
mobil. Ayah berlari menuruni tangga. Aku hanya menggeleng dalam-dalam.
“Bundaaa??” taya ku lagi.
“Haloo, Bunda di sini!” Bunda
muncul dari dalam mobil.
Perjalanan kali ini sungguh
lancar. Terkadang kami membeli makanan di Restoran dahulu. Nama restoran yang
kami kunjungi adalah W&A, Pizza Hot,
Oka-oka Bento, dan lain-lain.
Aku juga sempat tertidur lemas di
kursi mobil. Aku sampai bermimpi memenangkan berbagai lomba! Wah, aku juga
bermimpi, piala ku berjejer di sepanjang koridor istana. Aku juga melihat Ayah
dan bunda semakin menjauh dari penglihatan ku.
“May, May! Sadarlah!!”
……..
Lapangan walikota
“Nomor urut 19, Marsha Marcella,
dengan penampilan Roller blade! Silahkan ke lapangan!” panggil MC kepada Masha.
Masha bermain dengan sangat gembira. Dia menampilkan apa adanya yang dia mampu.
“Nomor urut 20, Kiara Myra, dengan
penampilan Roller blade! Silahkan ke lapangan!” panggil MC kepada May. “Kiara
Myra, silahkan ke lapangan!” panggil MC kembali.
Sudah beberapa kali di
panggil-panggil, May tidak menunjukkan sebatang hidungnya. Para peserta dan
MC kebingungan. Termasuk juga Masha, sahabat setia May.
Tidak lama kemudian, Masha
menghampiri MC. Lalu Masha membisikkan sesuatu ke telinga MC. Terlihat dari mimik
wajahnya, Masha terlihat sedih.
“Oh, Kiara Myra tidak hadir, jadi
nomor 21, Steve Joan dengan penampilan Skate board! Silahkan ke lapangan!”
Panggil MC kepada Stave. Stave bermain sambil bergaya-gaya.
Setelah Stave bermain Skate board,
Masha dan Stave berkumpul bersama di tempat yang tidak jauh dari lapangan.
“Kenapa May tidak datang ya?”
tanya Stave penasaran.
Masha hanya menitikkan air mata. Tidak
lama, air mata pun mengalir deras di pipi Masha. Stave hanya kebingungan. Masha
mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
“Ada apa sih??”
tanya Stave tambah bingung. Dia mengangkat muka Masha.
“May…., May…, sudah pe, per, pergi….”
Jawab Masha dengan gagap. Stave masih tidak mengerti. “Ta, tadi.., bu, bunda
nya, bi, bilang, May… Ke, kecela, kaan….” Jelas Masha tambah gagap.
“Ja, jadi?!” Stave tidak percaya.
“I, iya… May meninggal du, dunia….
tapi o, orang tu, tua nya selamat…” tambah Masha sambil mengusap air mata. “Tadi,
ad, ada mo,mobil…melaju ken, kencang dari, dari arah berlawanan…”
“Su, sudah… jangan menangis terus…Nanti
May akan tambah sedih… Ikhlas kan lah dia…”
Ujar Stave sambil menahan air mata. “Hikz…” Air mata pun mengucur di pipi
Stave.
“Para peserta,
harap kembali ke tempat masing-masing! Juara ke tiga di raih oleh….Hilya Aidha!
Juara ke dua diraih oleh Marsha Marcella ! Juara pertama di raih oleh…Andyo
Andyfahri! Selamat untuk para pemenang!” Seru MC sambil melihat selembar
kertas.
Bagi Masha dan Stave pemenang kali
ini adalah May. Karena dia telah menolong banyak orang….
“begitulah ceritanya…” tambah bu
Shian. Semua anak bersedih hati. Ada yang sampai
menangis, ada juga yang tidak…